Jumat, 12 Agustus 2011

Petunjuk Nabi SAW Saat Makan

Sebagai seorang muslim, selayaknya jika dalam menjalani kehidupan ini kita mencontoh tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. Semua perilaku Rasululllah memang sudah selayaknya jika kita ikuti karena pasti ada hikmah besar disana. Kita bisa meneladani cara hidup Rasulullah dari kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah cara beliau saat makan.
Pada saat makan Rasulullah tidak pernah bersandar. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah, "Aku tidak akan makan sambil bersandar". Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, "Rasulullah pernah melarang seseorang makan sambil menelungkup". Arti bersandar dalam hadits di atas diatafsirkan sebagian ulama dengan bersila. Namun ada yang menafsirkannya dengan bersandar pada sesuatu. Selain itu juga ada yang menafsirkan bersandar ke samping. Dari ketiga pengertian tersebut, bersandar ke samping itulah yang berbahaya dilakukan saat makan. Hal tersebut karena bisa menghalangi proses masuknya makanan secara alami dalam kondisi yang wajar sehingga akan sulit mencapai lambung, bahkan akan bisa berakibat menekan lambung sehingga lambung tidak siap menerima makanan. Demikian juga karena posisi tubuh miring dan tidak tegak, makanan tidak akan mudah mencapai lambung.
Rasulullah pernah bersabda, "Aku makan sebagaimana seorang hamba makan". Beliau makan sambil duduk iq'a (seperti duduk diantara dua sujud). Namun ada juga riwayat yang mengatakan bahwa beliau pernah duduk dengan tawwaruk (duduk seperti pada saat tahiyat akhir), di atas kedua lututnya, saat beliau makan, telapak kakikirinya diletakkan di punggung telapak kaki kanannya. Rasulullah melakukan hal tersebut untuk menjaga adab di hadapanNya, demi menghormati makanan dan orang yang makan bersama beliau. Cara duduk beliau itu adalah cara duduk yang paling bermanfaat saat makan. Hal ini disebabkan karena seluruh organ tubuh berada pada posisinya yang alami sebagaimana yang diciptakan oleh Allah SWT. Makanan akan terkonsumsi dalam kondisi terbaik seandainya seseorang menyantapnya dalam posisi yang sealami mungkin. Hal itu hanya bisa terjadi bila seseorang duduk dengan tegak lurus.
Sedangkan cara duduk terburuk pada saat makan adalah dengan bersandar ke arah samping. Makan dengan cara duduk kesamping dikatakan cara terburuk, karena usus kecil dan berbagai macam organ metabolisme menyempit, sementara lambung sendiri tidak berada pada posisinya yang alami, karena posisinya justru tertekan ke lantai, sementara di belakangnya, punggung dibatasi beberapa organ metabolisme dan organ pernafasan. Apabila yang dimaksud bersandar di sini adalah bersandar di atas bantal atau kasur yang berada di bawah pinggul saat orang duduk, maka Rasulullah tidak melakukan hal tersebut. Sebab pada masa itu, mereka yang gemar makan sambil duduk di atas bantal dan sejenisnya dapat dikatakan sebagai orang yang sombong. Dan Rasulullah sendiri pernah bersabda, "Aku makan sebagaimana seorang hamba makan".
Selain itu orang yang memperhatikan makanan dan segala sesuatu yang dimakan Rasulullah setiap hari, maka akan mendapatkan bahwa beliau tidak pernah menggabungkan susu dengan ikan, antara susu dengan susu asam (yoghurt), atau antara dua jenis makanan yang sama-sama panas, sama-sama dingin, sama-sama lengket, sama-sama berserat kasar, sama-sama berunsur pencahar, sertasama-sama kental atau sama-sama cair. Beliau juga tidak pernah mencampuradukkan dua jenis makanan yang tidak mungkin dicampur, atau antara dua jenis makanan yang berunsur saling berlawanan, antara yang berserat kasar dengan yang berunsur pencahar, antara yang sulut dicerna dengan yang mudah dicerna, antara yang segar dengan yang didendengkan atau dikeringkan. Beliau juga tidak mau menyantap makanan saat masih panas, atau makanan kemarin yang dihangatkan kembali keesokan harinya, atau makanan yang berbau amis dan terlalu asin, seperti makanan yang diawetkan, acar dan ikan atau daging asin. Karena semua jenis makanan tersebut dapat mengganggu kesehatan dan kondisi tubuh yang prima.
Rasulullah terkadang juga menyempurnakan gizi sebagian makanan dengan makanan lain selama beliau bisa melakukannya. Beliau menyempurnakan makanan yang panas dengan yang berunsur dingin, yang kering dengan yang berunsur lembab. Contohnya, saat beliau menyantap timun dengan kurma, atau menyantap kurma dengan minyak samin. Beliau juga biasa meminum jus untuk menetralisir makanan yang tajam. Beliau juga memerintahkan kepada kita untuk bersantap malam meskipun hanya dengan segenggam kurma. At Tirmidzi pernah menyebutkan dalam Jami'nya, juga oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Meninggalkan makan malam bisa mempercepat penuaan".
Setelah makan, Rasulullah juga melakukan kumur-kumur. Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, "Sufyan telah menceritakan kepada kami : "Aku telah mendengar Yahya bin Said dari Busyair bin Yasar dari Suwaid bin Nu'man berkata : "Kami keluar bersama Rasulullah ke Khaibar. tatkala kami sampai di Shahbah, Nabi mengundang makan, dan tidak dihidangkan makanan kecuali gandum, maka kami makan (bersama). Kemudian beliau berdiri untuk menjalankan sholat, maka beliau berkumur-kumur, dan kamipun berkumur-kumur". (HR Bukhari No 5445 dalam al-Fath 9/576)
Tidur sesudah makan juga dilarang oleh Rasulullah. Abu Nu'aim menyebutkan, bahwa Rasulullah melarang tidur setelah makan. Karena hal itu termasuk penyebab kerasnya hati. Kalangan medispun menguatkan hal ini dengan mengatakan bahwa bila seseorang ingin menjaga kesehatannya setelah ia bersantap malam hendaknya ia berjalan beberapa langkah bila perlu hingga seratus langkah setelah itu ia diperbolehkan tidur. Bahkan kalangan dokter muslimpun menganjurkan kepada kita untuk melakukan sholat terlebih dahulu setelah makan, agar makanan benar-benar mencapai bagian bawah lambung sehingga mudah dicerna dan diproses secara baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar