Selasa, 28 Juni 2011

Perbedaan Paradigma Pendorong Kelahiran Psikologi Islam

Psikologi modern buatan manusia mengantarkan pada sebuah penilaian terhadap perilaku manusia yang tidak utuh. Begitu pula dengan pendekatan psikologi modern, hampir semua pendekatan psikologis tidak ada yang melibakan Tuhan dalam menggambarkan tingkah laku manusia. Karena dalam konsep psikologi modern, ilmu itu seakan-akan dibebaskan dari konsep ketuhanan. Jadi bisa dikatakan, konsep psikologi modern adalah psikologi tentang manusia yang tidak beragama.
Sebagai orang Islam, pertanyaan yang kemudian muncul dari cara pandang itu adalah bisakah kita memisahkan antara kehidupan keseharian dengan ke-Tuhanan? Sebab dalam ajaran Islam tidak ada pemisahan antara kehidupan di dunia dan di akhirat. Untuk kehidupan akhirat kelak ya, tergantung apa yang diusahakan di dunia saat ini. Jadi, cara pandang psikologi modern, terhadap kehidupan ini tidak memadai. Tidak utuh.
Sebagai contoh misalnya, sudut pandang psikodinamik melihat bahwa manusia itu hanya kumpulan hawa nafsu yang relatif kalah dengan dorongan nafsunya. Sehingga seakan-akan manusia itu tidak punya kehendak untuk bebas dan juga tidak punya rem untuk mengatasi nafsunya sendiri. Psikodinamik memandang tidak ada manusia yang mulia. Jadi, psikologi modern ini adalah psikologi tentang manusia yang tidak beragama. Sederhananya misalnya begini, ada orang yang datang untuk terapi, maka pertama-tama harus mengabaikan apa agama orang tersebut, padahal itu tidak mungkin karena keberagamaan orang itu pasti memiliki pengaruh terhadap kejiwaan dirinya.
Ilustrasi lain misalnya, ada seorang yang datang pada psikolog, ia merasa tidak mempunyai ketenangan dalam jiwanya. Ia dihantui rasa bersalah dan berdosa. Psikolog dengan ilmu psikologi barat, tidak mungkin akan mengatakan, "Bersyukurlah bahwa anda telah merasakan dosa karena rasa berdosa ini menunjukkan bahwa sisi baik anda menyadari kesalahan tersebut, dan marilah kita sama-sama bertaubat kepada Allah." Namun dalam banyak kasus, orang yang kejiwaannya bermasalah ini justru akan dilatih atau di didik untuk nyaman dengan apapun yang dilakukannya. Sehingga terapi psikologi modern yang pada awalnya bertujuan membuat tenang perasaan orang yang merasa bersalah karena dosanya itu karena psikolognya menafikan unsur keberagamaan pada pasiennya maka terapi psikologi modern justru membuatnya merasa semakin gelisah. Kegelisahan itu datang karena solusi psikologi modern mengabaikan unsur ke-Tuhanan dalam keberagamaan seseorang. Padahal sebetulnya, saran itu sangat mudah dan sangat murah. Ketika anda merasa bersalah atau berdosa kepada seseorang, maka anda datang dan minta maaf pada orang tersebut. Hanya dengan begitu saja, seseorang akan merasa terbebas dari perasaan bersalah. Saran itu tidak akan diberikan kecuali oleh seorang psikolog yang mendasarkan konsepnya pada ajaran Islam. 
Psikologi Islam ini adalah gebrakan yang digagas oleh Malik Badri. Seorang psikolog kelahiran Sudan. Malik Badri dikenal sebagai psikolog yang mempelopori Islamisasi Psikologi. Gagasan-gagasan itu ia tuangkan dalam buku Dilema Psikolog Muslim. Bukunya Dilema Psikolog Muslim saat ini barangkali sudah menjadi klasik, rujukan awal untuk islamisasi psikologi. Latar belakang Malik Badri menggagas psikologi islami adalah dilema yang beliau hadapi saat menggunakan paradigma psikologi barat. Seringkali Profesor yang tercatat sebagai Fellow dan Chartered Psychologist, anggota British Psychological Society, anggota dewan pakar UNESCO, dan pendiri sekaligus presiden International Association Of Muslim Psychologist ini tidak bisa membantu orang muslim karena sudut pandang atau paradigmanya berbeda. 
Psikologi Islam ini belum lama berkembang. Dan untuk sesuatu yang baru, memang banyak orang yang skeptis, meragukan, mempertanyakan kenapa membawa-bawa agama. Dan itu wajar. Padahal sebenarnya dalam agama lain, kajian dalam psikologi yang didasarkan pada agama ini sudah berlangsung lama. Misalnya ada Pastoral Psychology, Ministry Psychology, Budism Psychology dan itu sudah lama. Nah Psikologi Islami hadir untuk menyelesaikan masalah-masalah keutamaan yang ternyata tidak bisa diselesaikan oleh psikologi modern karena paradigmanya saja sudah berlainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar